Artikan Dalam Bahasa Anda

Alumni

Oleh: Multazam Zakaria (Alumni 2012)
Ketika peradaban telah menjadi visi dalam kehidupan, maka itu berarti hidup kita harus dinfaqkan sepenuhnya untuk pencapaian visi itu, mau tidak mau. Bila peradaban memang betul cita dan mimpi kita, maka berarti kita rela semangat perwujudannya mengalir bersama derasnya darah dalam tubuh kita, kita akan rela menunda kesenangan deminya, untuk peradaban yang membaharu. Bila puncak peradaban memang benar menjadi tujuan dari pendakian ini, maka apapun akan kita lakukan untuk menggapainya. Namun, problematika yang kita hadapi bukan disitu melainkan banyaknya para pendaki junior yang kian hari kian berguguran. Tebing yang curam kadang membuat langkah ini berjeda, bekal yang kurang kadang membuat langkah tak lagi bertenaga, ya begitulah yang sedang kita alami sekarang, khususnya para pendaki junior, siapa lagi kalau bukan para pemuda.
Ketika pemuda mulai merasa lelah, entah kenapa. Mungkin bahasa lainnya ‘galau’ atau tidak lagi bersemangat. Ketika mereka sudah mulai merasa tak siap melanjutkan pendakian, kita cenderung menyalahkan. Mereka memang salah, namun menyalahkan tidak perlu merendahkan, apalagi membuat mereka semakin tak bertenaga melanjutkan pendakian. Bila begitu, maka tamatlah sejarah peradaban mengikuti alur main tamatnya masa kehidupan. Ya, ini yang perlu kita bicarakan, bukan karena apa-apa melainkan karena peradaban adalah visi yang harus kita perjuangkan bersama, di sini, di pendakaian puncak peradaban.
Maka skenario peradaban ini membutuhkan pemeran utama sebagai daya tarik bagi semesta, agar perjuangan ini semakin berkualitas tanpa batas. Pemeran utama mutlak adanya. Pemeran utama adalah mereka yang siap menjadi icon sekaligus korban dari peradaban dan perubahan kini dan nanti. Karena saya tidak pernah melihat kemajuan tanpa pengorbanan, maka pemeran utama siap berkorban dengan menjadi korban peradaban. Bila tidak, maka perdaban yang memabaru hanya angan dan buah bibir retorika.
Pemeran utama menyadari betul apa yang akan dihadapi pada masa yang akan datang, karenanya ia mulai menyiapkan sejak sekarang. Ia tahu bahwa pendakian puncak peradaban ini melelahkan, karenanya ia melakukannya hanya karena Yang Maha Menguatkan, ia sangat menyadari bahwa jalan yang ditempuh ini sungguh prnuh rintangan, karenanya ia beralindung hanya kepada Pemilik Alam, Empunya segala ujian. Ia yakin bahwa akan banyak yang membenci, akrenanya ia melangkah hanya karena Yang Maha Mencintai, ia tahu bahwa Allah tidak tidur, karenanya ia tak mengeluh karena kahwatir imannya makin rapuh.
Maka inti dari segala inti adalah kesadaran penuh atas tujuan mengapa kita diciptakan dan dihidupkan. Itu saja. Fahamlah!
Penulis:
Multazam, itulah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Pria Kelahiran 31 Desember 1995.  Ia meupakan pendiri Madani Training Centre Jakarta dan Komunitas PENA Depok. Bagi siapapun yang ingin memberikan saran, kritik, dan atau ingin berdiskusi silahkan hubungi saja ke alamat penulis, Lengkok Orong Bukal, Desa Mamben Lauk, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur-NTB. Nomor Hp. 081918253603. Email : azamibnuzakariyya@gmail.com/. Dan anda bisa berdiskusi di blognya : www.madanitraining.web.id / www.pena-mimpi.blogspot.com atau facebook Multazam Zakaria.

Tidak ada komentar: